Jenderal Jenius!

Army General

Alkisah suatu negeri tengah mengalami kepanikan karena ada kabar burung bahwa kaum komunis akan bangkit lagi setelah lama terpuruk. Di negeri itu banyak cerita yang mengatakan sudah mulai banyak lambang “palu yang bersilang arit dibawah bintang” bertebaran. Lambang itu digambar di tembok-tembok rumah, di jalan-jalan, di tempel di mobil, dan dikibarkan di beberapa tempat. Entah apa yang membuat rakyat negeri itu panik? Toh itu hanya gambar. Aku tidak tahu, apa yang menakutkan dari sebuah gambar? Ah….. Mungkin ini hanya isu yang dibuat oleh orang-orang tertentu untuk membuat rakyat panik.

Saking paniknya, seorang jenderal pun turut panik. Entah apa yang membuatnya panik? Aku baru tahu, kalau manusia satu negeri di Negeri Ihbeg sangat phobia dengan gambar. Bahkan seorang jenderal yang berpendidikan tinggi! Saya ulangi lagi, “seorang jenderal berpendidikan tinggi! Takut dengan gambar!” Atau jangan-jangan aku salah, mungkin dia tidak berpendidikan?

Esok hari, aku melihat berita dari negeri seberang bahwa sang jenderal telah melakukan gerakan! Di berita itu tertulis “Jenderal Konacko Zonsol tengah melakukan pembersihan terhadap semua yang berhubungan dengan palu, arit, dan bintang”. Dahsyat kataku. Esok harinya, aku memutuskan untuk pergi ke Negeri Ihbeg.

Hari pertama di Negeri Ihbeg aku melihat semua petani dimasukkan penjara karena membawa arit, semua petani! Esok harinya, karena isu gambar “palu yang bersilang arit dibawah bintang” makin massif, sang jenderal semakin panik. Esok hari dilakukan penangkapan terhadap seluruh kuli bangunan, pekerja pabrik, dan kuli proyek dengan tuduhan menyebarkan komunisme karena membawa palu di tempat umum dan di tempat kerja!

Belum puas, sang jenderal melakukan langkah pencegahan lebih dahsyat, sangat jenius menurutku! Sang jenderal mencoba untuk menutup sumber penyebaran gagasan itu. “Siapa dan apa sumber penyebaran gagasan yang ditakuti tersebut?” Tanyaku dalam hati. Ternyata esok hari aku melihat berita bahwa sang jenderal tengah melakukan penutupan toko bangunan, pabrik arit, dan pabrik palu serta menangkapi seluruh pemilik dan penjualnya. Ia berkata “Seluruh toko bangunan, pabrik arit, dan pabrik palu harus tutup dan pemiliknya ditangkap! Mereka bertanggung jawab sebagai sumber penyebaran komunisme di Negara Ihbeg! Mereka harus dihukum berat! Mereka merusak moral bangsa!”. “Sangat jenius, ide yang di luar dugaan, cemerlang!” kataku.

Bulan depan, aku sudah pulang ke negeriku, tetapi aku masih mendengar masyarakat di Negara Ihbeg masih resah dengan keberadaan ide Komunisme, katanya! Bacaku diberita. Kali ini kelakuan Jenderal Konacko Zonsol semakin menjadi-jadi. Aku terkejut ketika membaca judul headline koran “Jenderal Konacko Zonsol Memerintahkan Penutupan Seluruh Rumah Ibadah yang Ada Lambang Bintang!”. Dalam seminggu aku membaca koran dari Negeri Ihbeg, beritanya penuh akan berita penangkapan rakyat yang tengah beribadah karena dituduh menganut faham komunis. Seluruh pemimpin agama ditangkapi dan seluruh rumah ibadah dihancurkan karena dituding sebagai penyebar faham komunis di Negeri Ihbeg. “Luar biasa!” Pikirku dalam hati.

Setelah pembersihan selama  1 bulan, sang jenderal merasa negerinya sudah aman dari bahaya laten komunis. Ia berjalan-jalan berkeliling kota. Sorenya ia duduk di terasnya sambil menyalakan rokok menikmati keberhasilan perjuangannya dalam menghancurkan komunisme di negerinya, hingga ia terlelap dalam kantuknya. Ketika malam tiba ia terkejut setengah mati ketika terbangun dari tidurnya. Ia menghantam meja di depan tubuhnya hingga meja tersebut rusak. Ia menendang kursi tempat ia duduk, lalu ia berteriak dengan sangat keras “Komunis jahanam, kau telah membuat Tuhan menjadi seorang komunis!” sambil menunjuk ke arah langit yang penuh akan bintang di malam hari. Ia baru tersadar bahwa dalang dari penyebaran komunisme di negerinya selama ini adalah Tuhan karena telah menciptakan bintang-bintang di langit yang menerangi negerinya di malam hari.

Ia masuk rumah lalu pamit kepada istri dan anaknya. Katanya “Aku pamit untuk melakukan sebuah perang besar karena aku akan menangkap dalang dari penyebaran komunisme! Doakan aku, besok aku pulang dengan kemenangan dan akan menangkap sang pelaku!”. Ia mengenakan baju perangnya dan bersiap melaksanakan operasi tangkap Tuhan. Ia menyerukan mobilisasi umum bagi seluruh pasukannya dan rakyatnya untuk menangkap sang dalang penyebar faham komunis. Ia mengumpulkan seluruh pasukan dan rakyatnya di Gobeg Square untuk memberikan pidato yang membakar semangat karena akan melakukan perang besar. Ketika ia bertanya “Apakah kalian semua siap dalam bertempur menangkap sang dalang?” dengan semangat membara. Seluruh rakyat dan seluruh tahanan politik di bui mengangkat tangan sambil memegang LSD atau Acid sembari berkata bersama-sama “Nyantai dulu bro! Ini buat lo!”.

Kataku dalam hati “Rakyat yang pintar!”

Setu, 12 Maret 2016

Tinggalkan komentar